….ya Allah. Aku mohon jadikanlah aku salah satu siswa terpilih agar bisa mengenyam pendidikan di SMA N 3 Kuningan. Apabila itu yang terbaik bagiku maka mudahkanlah, apabila itu buruk bagiku maka bantu aku untuk mengerti apapun pilihanMu. Aku tahu pasti pilihanMu itu yang terbaik untukku…
Potongan doa itu sering saya kidungkan berkali-kali. Bahkan setiap saat saya ingat. Doa itu diajarkan oleh ibuku, dia menyarankan agar saya sering berdoa. Singkat cerita saya masuk di SMA yang selama ini menjadi idola saya. Disinilah saya banyak mencicipi aneka pengalaman. Mulai dari deru debar persahabatan sampai pengalaman memimpin organisasi. *Saat menulis ini saya membuka kembali buku catatan selama mengenakan seragam putih abu…
Deru Debar Persahabatan!
Saat itu saya kelas satu semester akhir, detik-detik naik ke kelas dua. Saya aktif di berbagai eskul, khususnya di bidang rohani, Risba namanya. Rohaniawan Islam Baiturrahim. Saya senang bisa mengenal Risba, disana saya bisa belajar seputar agama islam, belajar untuk mengajak, dan mengenal cinta dalam dekapan ukhuwah. Alhamdulillah, sekitar 36 siswa angkatan saya mengikuti pelatihan terakhir di Risba untuk menjadi pengurus. Deru debar persahabatan pun dimulai!
Pagi hari sekitar pukul 9 sang senior telah siap menutup acara pelatihan, dengan mata yang berkaca-kaca sang senior menyampaikan pengumuman yang membuat air mata semua peserta pecah! Kurang lebih ia menuturkan bahwa ada salah satu diantara peserta akan pergi meninggalkan sekolah tercinta. Kontan semua peserta terheran bukan main. Aku sendiri diam, menenangkan. Tanpa panjang kata, semua panitia saat itu berjajar didepan dan kami pun bersalaman. Sampailah saya bersalaman dengan Agus. Kami berkawan sangat dekat, dekat sekali. Air mata kami tumpah tempias!
Tak lama dari itu seluruh peserta diminta berkumpul di Pendopo. Detik-detik itu terasa berat dan terasa sangat lambat. Sejenak suasana hening. Sang senior berdiri di depan dengan air mata yang masih rapat terbendung. Untuk yang ke dua kalinya ia menuturkan bahwa ada diantara kami yang selama ini begitu aktif di Risba, yang begitu gigih mengajak teman-temannya pada hari ini akan berpamitan! Entah apa yang terjadi yang jelas air mata saya pun mengalir deras. Setelah lama berkata-kata sang senior pun menyebut namaku. Ya karim, tangisan pserta platihan seolah menyepuh keheningan dengan deru debar persahabatan! Tangisan kami begitu menguat ketika saya diminta kedepan untuk menyampaikan kata-kata perpisahan.
Bibir saya kelu, seolah kehabisan kata-kata. Terlebih ada peserta akhwat(perempuan) yang pingsan. Ah saya tak habis pikir kejadiannya akan seperti itu. Dengan suara parau saya sampaikan maksud kepindahanku ke Bandung. Ya, ke Bandung untuk melanjutkan sekolah dan menuntut ilmu agama di pesantren. Saya ucapkan selamat tinggal dan permohonan maaf jika selama ini saya pernah berbuat salah
Setelah menyampaikan kata-kata perpisahan. Para senior merangkulku dengan air mata yang berlinang. Suasana saat itu sangat mengharu biru. Jujur saat itu saya benar-benar sedih akan meninggalkan sekolah yang selama ini saya idolakan terlebih harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan. Namun, tekad saya sudah bulat. Saya harus tetap pergi ke Bandung untuk meraih cita-cita. Saat itu saya yakin bahwa inilah takdirku…
Sesampainya di rumah saya pikir, dan pikir lagi. Benarkah saya harus meneruskan perpindahan ini? sampai guru agama saya menyarankan untuk istikharah. Saya berusaha sebisa mungkin untuk shalat istikharah dan merasakan petunjuk-petunjuk yang hilir mudik menggoyahkan tekadku. Mulai dari surat sahabat yang isinya tentang agar saya jaga kondisi selama di bandung, kado kecil untuk saya di Bandung, saran dari guru SMA, sampai ada kakak kelas yang saya kenal angkuh, sinis tapi waktu itu setiap ketemu dengan saya dia nangis dan pernah bilang (maaf tidak melebihkan) "Saya baru kali ini menemukan adik yang sebaikmu dek". Tak ayal mata saya pun berlinang!
Semua perlengkapan saya untuk di Bandung sudah siap. Kenalan Bapa di Bandung sudah fix dihubungi untuk tempat tinggal. Ah, saya berpikir lagi. Belum tentu di bandung sana saya akan bertemu dengan sahabat-sahabat yang lebih baik dari yang sekarang. Senior yang baik, sahabat yang perhatian, guru-rugu yang perhatian, suasana yang kondusif. Ya Ghofar, persahabatan ini belum tentu akan terulang. Akhirnya tekad saya mengendur dan saya mengurungkan niat perpindahan sekolah. Saya semakin dekat dengan sahabat di Risba juga dengan guru-guru. Aktivitas saya semakin bertambah. Saya semakin cinta dengan sekolah SMA N 3 Kuningan. Risba sebagai saujana terindah bagi saya, doa saya teruntai semoga Allah selalu menjaga sahabat-sahabat semua. ^_^
Twitter | Facebook | Tumblr | About Me!
Potongan doa itu sering saya kidungkan berkali-kali. Bahkan setiap saat saya ingat. Doa itu diajarkan oleh ibuku, dia menyarankan agar saya sering berdoa. Singkat cerita saya masuk di SMA yang selama ini menjadi idola saya. Disinilah saya banyak mencicipi aneka pengalaman. Mulai dari deru debar persahabatan sampai pengalaman memimpin organisasi. *Saat menulis ini saya membuka kembali buku catatan selama mengenakan seragam putih abu…
Deru Debar Persahabatan!
Saat itu saya kelas satu semester akhir, detik-detik naik ke kelas dua. Saya aktif di berbagai eskul, khususnya di bidang rohani, Risba namanya. Rohaniawan Islam Baiturrahim. Saya senang bisa mengenal Risba, disana saya bisa belajar seputar agama islam, belajar untuk mengajak, dan mengenal cinta dalam dekapan ukhuwah. Alhamdulillah, sekitar 36 siswa angkatan saya mengikuti pelatihan terakhir di Risba untuk menjadi pengurus. Deru debar persahabatan pun dimulai!
Pagi hari sekitar pukul 9 sang senior telah siap menutup acara pelatihan, dengan mata yang berkaca-kaca sang senior menyampaikan pengumuman yang membuat air mata semua peserta pecah! Kurang lebih ia menuturkan bahwa ada salah satu diantara peserta akan pergi meninggalkan sekolah tercinta. Kontan semua peserta terheran bukan main. Aku sendiri diam, menenangkan. Tanpa panjang kata, semua panitia saat itu berjajar didepan dan kami pun bersalaman. Sampailah saya bersalaman dengan Agus. Kami berkawan sangat dekat, dekat sekali. Air mata kami tumpah tempias!
Tak lama dari itu seluruh peserta diminta berkumpul di Pendopo. Detik-detik itu terasa berat dan terasa sangat lambat. Sejenak suasana hening. Sang senior berdiri di depan dengan air mata yang masih rapat terbendung. Untuk yang ke dua kalinya ia menuturkan bahwa ada diantara kami yang selama ini begitu aktif di Risba, yang begitu gigih mengajak teman-temannya pada hari ini akan berpamitan! Entah apa yang terjadi yang jelas air mata saya pun mengalir deras. Setelah lama berkata-kata sang senior pun menyebut namaku. Ya karim, tangisan pserta platihan seolah menyepuh keheningan dengan deru debar persahabatan! Tangisan kami begitu menguat ketika saya diminta kedepan untuk menyampaikan kata-kata perpisahan.
Bibir saya kelu, seolah kehabisan kata-kata. Terlebih ada peserta akhwat(perempuan) yang pingsan. Ah saya tak habis pikir kejadiannya akan seperti itu. Dengan suara parau saya sampaikan maksud kepindahanku ke Bandung. Ya, ke Bandung untuk melanjutkan sekolah dan menuntut ilmu agama di pesantren. Saya ucapkan selamat tinggal dan permohonan maaf jika selama ini saya pernah berbuat salah
Setelah menyampaikan kata-kata perpisahan. Para senior merangkulku dengan air mata yang berlinang. Suasana saat itu sangat mengharu biru. Jujur saat itu saya benar-benar sedih akan meninggalkan sekolah yang selama ini saya idolakan terlebih harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan. Namun, tekad saya sudah bulat. Saya harus tetap pergi ke Bandung untuk meraih cita-cita. Saat itu saya yakin bahwa inilah takdirku…
Sesampainya di rumah saya pikir, dan pikir lagi. Benarkah saya harus meneruskan perpindahan ini? sampai guru agama saya menyarankan untuk istikharah. Saya berusaha sebisa mungkin untuk shalat istikharah dan merasakan petunjuk-petunjuk yang hilir mudik menggoyahkan tekadku. Mulai dari surat sahabat yang isinya tentang agar saya jaga kondisi selama di bandung, kado kecil untuk saya di Bandung, saran dari guru SMA, sampai ada kakak kelas yang saya kenal angkuh, sinis tapi waktu itu setiap ketemu dengan saya dia nangis dan pernah bilang (maaf tidak melebihkan) "Saya baru kali ini menemukan adik yang sebaikmu dek". Tak ayal mata saya pun berlinang!
Semua perlengkapan saya untuk di Bandung sudah siap. Kenalan Bapa di Bandung sudah fix dihubungi untuk tempat tinggal. Ah, saya berpikir lagi. Belum tentu di bandung sana saya akan bertemu dengan sahabat-sahabat yang lebih baik dari yang sekarang. Senior yang baik, sahabat yang perhatian, guru-rugu yang perhatian, suasana yang kondusif. Ya Ghofar, persahabatan ini belum tentu akan terulang. Akhirnya tekad saya mengendur dan saya mengurungkan niat perpindahan sekolah. Saya semakin dekat dengan sahabat di Risba juga dengan guru-guru. Aktivitas saya semakin bertambah. Saya semakin cinta dengan sekolah SMA N 3 Kuningan. Risba sebagai saujana terindah bagi saya, doa saya teruntai semoga Allah selalu menjaga sahabat-sahabat semua. ^_^
Twitter | Facebook | Tumblr | About Me!